Penyakit Guru

SEPULUH (10) PENYAKIT GURU

1. KUSTA (Kurang Tangkap Strategi)

2. TBC (Tidak Banyak Cara)

3. KUDIS (Kurang Disiplin)

4. LESU (Lemah Sumber)

5. KRAM (Kurang Terampil)

6. TIPES (Tidak Punya Selera)

7. ASAM URAT (Asal Susun Materi)

8. MUAL (Muatan Amat Lemah)

9. ASMA (Asal Masuk)

10. JADUL (Jaman Dulu)

PTK Teknik Pemesinan: Cooperative Learning

ABSTRAKSI

METODE COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PEMBELAJARAN MEMBUBUT KOMPLEKS
SISWA KELAS 3 TEKNIK PEMESINAN
SMK NEGERI 1 TUBAN

Oleh :
SUCIPTO, S.Pd
NIP 19680418 199702 1 002


Kata Kunci: Cooperative Learning, Bubut Komplek, Teknik Pemesinan


Penelitian ini termasuk model penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk menemukan strategi dan metode pembelajaran yang tepat dalam mata diklat produktif kompetensi Membubut Kompleks. Dengan strategi dan metode pembelajaran yang tepat diharapkan pelaksanaan pembelajaran dapat menghasilkan prestasi belajar siswa yang baik.
Berdasarkan pemikiran pada latar belakang dan rumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah:
  1. Meningkatkan efektivitas pembelajaran Membubut Kompleks dengan pendekatan pembelajaran cooperative learning .
  2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan kompetensi Membubut Kompleks dengan model pembelajaran cooperative learning.
  3. Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Membubut Kompleks dengan menggunakan strategi pembejaran cooperative learning.
Dari hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam kompetensi Membubut Kompleks setelah dilaksanakannya pembelajaran cooperative learning. Peningkatan kemampuan siswa dalam kompetensi Membubut Kompleks ditunjukkan dengan hasil sebagai berikut:

  1. Terjadi peningkatan nilai terhadap penilaian proses yang sebelumnya menunjukkan nilai rata-rata 15,19 menjadi 18,53.
  2. Terjadi peningkatan nilai terhadap penilaian hasil bubutan yang sebelumnya menunjukkan nilai rata-rata 51,00 menjadi 61,89.
  3. Terjadi peningkatan nilai terhadap penilaian waktu yang sebelumnya menunjukkan nilai rata-rata 7,08 menjadi 8,33.
  4. Terjadi peningkatan prosentase ketuntasan belajar menunjukkan nilai rata-rata sebelumnya sebesar 73,28 menjadi 88,75.

PTK Teknik Pemesinan: Pembelajaran Berbasis Produksi


ABSTRAKSI

PEMBUATAN ALAT PENGASAH END MILL SEBAGAI
PEMBELAJARAN BERBASIS PRODUKSI UNTUK
MENCAPAI KOMPETENSI MEMBUBUT DAN MENGEFRAIS
KOMPLEKS
SISWA KELAS 3 SMK NEGERI 1 TUBAN

Oleh :

SUCIPTO, S.Pd
NIP 132 158 264

Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Produksi, Pengasah End Mill, Kompetensi


Model penelitian yang digunakan adalah model penelitian tindakan kelas kolaboratif. Dalam model penelitian ini guru terlibat secara aktif dalam pelaksanaan penelitian dari mulai pra penelitian sampai akhir putaran penelitian. Selain itu guru peneliti juga dibantu oleh guru produktif lain yang bertindak sebagai pengamat (observer).
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:
  1. Meningkatkan efektivitas pembelajaran membubut dan mengefrais kompleks dengan penerapan prinsip pembelajaran berbasis produksi.
  2. Meningkatkan kompetensi siswa pada kompetensi Membubut dan Mengefrais Kompleks dengan menerapkan prinsip pembelajaran berbasis produksi.
  3. Meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Membubut dan Mengefrais Kompleks.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi kejuruan yang dicapai siswa dari mulai putaran I sampai putaran III. Hal ini ditunjukkan dengan data berikut:
  1. Terjadi peningkatan pada penilaian kompetensi Bubut Kompleks secara klasikal kelas 3TPm2 sebelumnya rata-rata mendapat nilai sebesar 73,50 menjadi sebesar 84,06 (lulus baik).
  2. Terjadi peningkatan pada penilaian kompetensi Frais Kompleks secara klasikal kelas TPm2 sebelumnya rata-rata mendapat nilai sebesar 74,06 menjadi sebesar 84,89 (lulus baik).
  3. Terjadi peningkatan pada penilaian kompetensi Bubut Kompleks dan Frais Kompleks secara klasikal kelas 3TPm2 sebelumnya rata-rata mendapat nilai sebesar 73,78 menjadi sebesar 84,47 (lulus baik).
  4. Terjadi penurunan jumlah siswa yang tidak memenuhi kriteria minimal atau tidak lulus sejumlah 9 siswa (26%) menjadi sejumlah 0 siswa (0%).

Untuk informasi lebih lanjut hubungi Pak Cip SMK Negeri 1 Tuban 087856033725

PTK Teknik Pemesinan: Mastery Learning (Belajar Tuntas)

ABSTRAKSI

OPTIMALISASI MASTERY LEARNING (BELAJAR TUNTAS) UNTUK
MENINGKATKAN MINAT DAN PENGUASAAN KOMPETENSI
MENGEFRAIS KOMPLEKS SISWA KELAS 3 MESIN PERKAKAS
SMK NEGERI 1 TUBAN

Oleh :
SUCIPTO, S.Pd
NIP 132 158 264


Kata Kunci: Optimalisasi, Mastery Learning, Frais Kompleks

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas partisipatif. Artinya dalam pelaksanaannya guru pengajar terlibat di dalamnya sebagai bagian dari subyek yang melaksanakan tindakan kelas. Dengan demikian peneliti terlibat sejak dimulai perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tuban.

Tujuan dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini adalah:
  1. Meningkatkan efektivitas pemelajaran Mengefrais Kompleks dengan prinsip pemelajaran tuntas (mastery learning).
  2. Meningkatkan minat siswa dalam pelaksanaan pemelajaran Mengefrais Kompleks dengan prinsip pemelajaran tuntas (mastery learning)?
  3. Meningkatkan kemampuan penguasaan siswa terhadap kompetensi yang dituntut pada pemelajaran Mengefrais Kompleks dengan pemelajaran tuntas (mastery learning).
Hasil penelitian dan diskusi mengambil kesimpulan terjadi kenaikan prosentase dari seluruh komponen yang dinilai baik penilaian teori maupun penilaian praktek. Terjadi peningkatan penilaian teori dan praktek dengan rumus 0,3 Nilai Teori + 0,7 Nilai Praktek diperoleh nilai rata-rata klasikal dari semula sebesar 78,7 menjadi sebesar 91,8 dari skor maksimal 100.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Minat dan motivasi belajar siswa ini kemudian dengan signifikan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan ketuntasan belajar. Tentu peningkatan ini tidak semata-mata dari satu metode dan strategi pembelajaran saja. Guru harus tetap kreatif untuk terus menggali potensi siswa secara individual.

PTK Teknik Pemesinan: Project Work

ABSTRAKSI

PROJECT WORK ALAT TEKUK PLAT DENGAN PEMBELAJARAN
METODE GOTONG ROYONG UNTUK MENINGKATKAN
KOMPETENSI KEJURUAN SISWA KELAS 3
TEKNIK PEMESINAN
SMK NEGERI 1 TUBAN
Oleh :

SUCIPTO, S.Pd
NIP 132158264

Kata Kunci: Project Work, Alat Tekuk Plat, Metode Gotong Royong, Kompetensi

Model penelitian yang digunakan adalah model penelitian tindakan kelas kolaboratif. Dalam model penelitian ini guru terlibat secara aktif dalam pelaksanaan penelitian dari mulai pra penelitian sampai akhir putaran penelitian. Selain itu guru peneliti juga dibantu oleh guru produktif lain yang bertindak sebagai pengamat (observer).
Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tuban. Obyek yang diteliti adalah bagaimana meningkatkan kompetensi kejuruan siswa dengan menerapkan project work dengan media pembuatan alat Tekuk plat. Subyek yang menerima tindakan adalah siswa kelas 3TPm1 dan subyek yang memberikan tindakan adalah 2 orang guru pengajar mata diklat produktif khususnya teknik las, membubut kompleks dan mengefrais kompleks dalam satu kesatuan pembelajaran.
Berdasarkan pemikiran pada latar belakang dan rumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah: 1) Meningkatkan efektivitas pembelajaran kompetensi kejuruan dengan pendekatan project work pembuatan alat penekuk plat menggunakan metode pembelajaran gotong royong; 2) Meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran kejuruan dengan pendekatan project work pembuatan alat penekuk plat dengan menerapkan metode pembelajaran gotong royong; dan 3) Meningkatkan ketuntasan belajar siswa dalam kompetensi kejuruan dengan pendekatan project work pembuatan alat penekuk plat dengan menerapkan metode pembelajaran gotong royong.
Hasil penelitian terhadap kompetensi menunjukkan: 1) Terjadi peningkatan nilai kompetensi teknik las dasar; 2) Terjadi peningkatan nilai kompetensi gerinda; 3) Terjadi peningkatan nilai kompetensi bubut kompleks; 4) Terjadi peningkatan nilai kompetensi frais kompleks; 5) Terjadi peningkatan nilai kompetensi kejuruan; dan 6) Terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa secara individual.
Hasil penelitian terhadap motivasi siswa menunjukkan: 1) Terjadi penuruan tingkat keterlambatan siswa; 2) Terjadi penurunan tingkat ketergantungan siswa terhadap teman sekelompoknya; 3) Terjadi penurunan jumlah siswa yang tidak memiliki sumber belajar berupa buku diktat, catatan dan lembar kerja siswa; 4) Terjadi penurunan jumlah siswa yang tidak mengerjakan tugas atau mengerjakan tidak sesuai dengan spesifikasi tugas; 4) Terjadi penurunan jumlah siswa yang kerap mengganggu kegiatan pembelajaran; 5) Terjadi penurunan jumlah siswa yang tidak membuat rangkuman atau kesimpulan pada akhir kegiatan pembelajaran; 6) Terjadi penurunan jumlah siswa yang tidak melaksanakan evaluasi penilaian hasil kerja secara mandiri; dan 7) Terjadi penurunan jumlah siswa yang tidak memberikan kontribusi yang cukup kepada kelompoknya.

PTK Teknik Listrik: Penilaian Portofolio

ABSTRAKSI

OPTIMALISASI PENILAIAN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN
PENGETAHUAN TENTANG INSTALASI LISTRIK KOMERSIAL

SISWA KELAS 1 PEMANFATAN TENAGA LISTRIK
SMK NEGERI 1 TUBAN
TAHUN PELAJARAN 2005/2006

Oleh :

Drs. ABDUL WAHAB
NIP 131 637 836


Kata Kunci: Optimalisasi, Portofolio, Instalasi Listrik Komersial

Jenis penelitian ini adalah penilaian tindakan kelas yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari permasalahan yang ditemukan selama pelaksanaan proses pemelajaran di kelas. Permasalahan yang timbul tersebut kemudian diidentifikasi tingkat permasalahan-nya dan diagnosa penyebabnya. Karenanya penelitian tindakan kelas ini akan meliputi empat kegiatan utama yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) tindak lanjut.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:
  1. Menerapkan strategi pembelajaran yang dititikberatkan pada pembelajaran dengan penugasan portofolio.
  2. Meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi belajar dengan mengoptimalkan penugasan portofolio.
Hasil penelitian tindakan kelas dan ditindaklanjuti dengan diskusi dengan pengamat diperoleh hasil sebagai berikut:
  1. Terjadi peningkatan secara klasikal predikat siswa untuk penilaian portofolio dari semula nilai rata 68 (kategori kurang) nilai rata-rata 86 (kategori baik).
  2. Terjadi peningkatan persentase siswa yang mendapat predikat sangat baik untuk seluruh portofolio yang dinilai sebesar 33% dari semula sejumlah 1 siswa (3%) menjadi sejumlah 13 siswa (36%).
  3. Terjadi peningakatan persentase siswa yang mendapat predikat baik untuk seluruh portofolio yang dinilai sebesar 23% dari semula sejumlah 9 siswa (25%) menjadi sejumlah 19 siswa (53%).
  4. Terjadi penurunan persentase siswa yang mendapat predikat cukup untuk seluruh portofolio yang dinilai sebesar 28% dari semula sejumlah 11 siswa (31%) menjadi sejumlah 1 siswa (3%).
  5. Terjadi penurunan persentase siswa yang mendapat predikat kurang untuk seluruh portofolio yang dinilai sebesar 11% dari semula sejumlah 4 siswa (11%) menjadi sejumlah 0 siswa (0%).
  6. Terjadi penurunan persentase siswa yang mendapat predikat sangat kurang untuk seluruh portofolio yang dinilai sebesar 31% dari semula sejumlah 11 siswa (31%) menjadi sejumlah 0 siswa (0%).


Informasi sharing dapat menghubungi Pak Cip Guru SMK Negeri 1 Tuban
087856033725
e-mail: cipto_smk1tbn@yahoo.co.id

PTK Teknik Pemesinan: Metode Latihan

ABSTRAKSI

UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA DENGAN OPTIMALISASI
METODE LATIHAN DALAM PEMBELAJARAN MESIN UMUM
KELAS 2TPm1
SMK NEGERI 1 TUBAN


Oleh:

SUCIPTO, S.Pd
NIP 132 158 264


Kata Kunci: Metode Latihan, Kompetensi, Pembelajaran Mesin Umum



Tujuan yang ditargetkan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran Mesin Umum adalah: Dengan mengoptimalkan metode latihan dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam pembelajaran Mesin Umum.
Model penelitian dipilih berdasarkan kesesuaian antara masalah yang diagnosis terjadi dalam kelas. Untuk mendapatkan penyelesaian masalah dalam kelas maka model penelitian tindakan kelas adalah pilihan yang tepat. Karena dalam penelitian tindakan kelas ditetapkan target yang optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran mata diklat yang dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas juga mensyaratkan bagi peneliti untuk tetap berperan sebagai guru yang dalam hal ini pelaksanaan penelitian menyatu dengan pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran mata diklat yang dilaksanakan.
Hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini memberikan hasil yang optimal karena setelah dilaksanakan tindakan terjadi peningkatan kemampuan kompetensi baik ditinjau dari penguasaan teori maupun pelaksanaan praktikum. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan metode latihan dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam pembelajaran Mesin Umum.

PTK Teknik Pemesinan: Metode Gotong Royong

ABSTRAKSI

PROJECT WORK ALAT TEKUK PLAT DENGAN PEMBELAJARAN
METODE GOTONG ROYONG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI
KEJURUAN SISWA KELAS 3 TEKNIK PEMESINAN
SMK NEGERI 1 TUBAN

Oleh :

SUCIPTO, S.Pd
NIP 132158264

Kata Kunci: Project Work, Alat Tekuk Plat, Metode Gotong Royong, Kompetensi

Model penelitian yang digunakan adalah model penelitian tindakan kelas kolaboratif. Dalam model penelitian ini guru terlibat secara aktif dalam pelaksanaan penelitian dari mulai pra penelitian sampai akhir putaran penelitian. Selain itu guru peneliti juga dibantu oleh guru produktif lain yang bertindak sebagai pengamat (observer).
Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tuban. Obyek yang diteliti adalah bagaimana meningkatkan kompetensi kejuruan siswa dengan menerapkan project work dengan media pembuatan alat Tekuk plat. Subyek yang menerima tindakan adalah siswa kelas 3TPm1 dan subyek yang memberikan tindakan adalah 2 orang guru pengajar mata diklat produktif khususnya teknik las, membubut kompleks dan mengefrais kompleks dalam satu kesatuan pembelajaran.
Berdasarkan pemikiran pada latar belakang dan rumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah: 1) Meningkatkan efektivitas pembelajaran kompetensi kejuruan dengan pendekatan project work pembuatan alat penekuk plat menggunakan metode pembelajaran gotong royong; 2) Meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran kejuruan dengan pendekatan project work pembuatan alat penekuk plat dengan menerapkan metode pembelajaran gotong royong; dan 3) Meningkatkan ketuntasan belajar siswa dalam kompetensi kejuruan dengan pendekatan project work pembuatan alat penekuk plat dengan menerapkan metode pembelajaran gotong royong.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi kejuruan yang dicapai siswa dari mulai putaran I sampai putaran III. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan: 1) Terjadi peningkatan nilai kompetensi teknik las dasar; 2) Terjadi peningkatan nilai kompetensi gerinda; 3) Terjadi peningkatan nilai kompetensi bubut kompleks; 4) Terjadi peningkatan nilai kompetensi frais kompleks; 5) Terjadi peningkatan nilai kompetensi kejuruan; dan 6) Terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa secara individual.


informasi lebih lanjut, silakan hubungi Pak Cip guru SMK Negeri 1 Tuban HP 087856033725 e-mail : cipto_smk1tbn.yahoo.co.id

Penelitian Tindakan Kelas

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK):

HANYA UNTUK NAIK PANGKAT?


PENGANTAR

“... bukan Karya Tulis Ilmiahnya, tetapi kegiatan nyata yang telah dilakukan guru dalam upaya meningkatkan profesionalismenya sebagai guru, itulah yang utama. Itulah yang diberikan nilai, itulah yang manpu mengantarkan sukses profesi kita, para guru”. Begitu cuplikan persembahan karya tulis yang dituliskan oleh Prof. Suharsimi Arikunto dalam bukunya Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Cuplikan kata-kata tersebut sempat membuat kecut hati sebagian guru karena selama ini penulisan PTK hanya semata-mata dianggap untuk meningkatkan kepangkatannya saja. Bahkan beberapa waktu lalu muncul berita di harian ini yang memberitakan tentang kenaikan pangkat yang tertunda hanya gara-gara karya tulis ilmiah.

Terhambat Karya Tulis, Golongan IV Menumpuk” Judul berita yang menunjukkan bahwa 1.607 guru SD di Surabaya menduduki golongan IV dan 70% diantaranya menduduki golongan IV/a yang berarti hanya 30% diantara jumlah guru yang dapat meningkatkan kepangkatannya menjadi golongan IV/b dan IV/c (Jawa Pos, Senin 24 Desember 2007).

Berita kedua “Prosedur Kenaikan Golongan Membingungkan” yang memberikan adanya penilaian karya tulis ilmiah yang dapat dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur dan LPMP Jawa Timur. Dimana pengajuan kepangkatan dari IV/a ke IV/b dapat diajukan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jatim. Tetapi untuk pengajuan kepangkatan IV/b ke IV/c harus melalui LPMP Jatim. (Jawa Pos, Selasa 25 Desember 2007). Dari kedua lembaga ini bisa saja terjadi penerapan standar yang berbeda dalam menilai karya tulis ilmiah yang dibuat oleh guru khususnya penelitian tindakan kelas atau PTK. Fenomena di Surabaya ini banyak juga terjadi di Jawa Timur pada umumnya.

Solusi pelaksanaan workshop dan pelatihan penulisan Karya Tulis Ilmiah juga sudah banyak dilakukan. Akan tetapi kembali bahwa pelaksanaan pelatihan dan workshop ini selalu dihubungkan dengan kenaikan pangkat saja. Hal ini kemudian menimbulkan stigma bahwa penulisan karya tulis ilmiah khususnya PTK hanya untuk semata-mata kenaikan pangkat saja, tanpa memperhatikan pentingnya PTK dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

PENTINGNYA PTK

Empat kompetensi yang harus dimiliki guru adalah (1) kepribadian, (2) profesional, (3) kependidikan, dan (4) sosial. Penguasaan empat kompetensi oleh guru ini diharapkan bahwa guru di kelas tidak semata-mata mengutamakan mengajar secara mekanistis tetapi juga melaksanakan tugas mendidik dan melaksanakan pembelajaran yang lebih bervariatif untuk meningkatkan kemampuan siswa. Dalam hal kompetensi profesional, guru selalu meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran dan pengelolaan kelas yang optimal dengan muara meningkatkan kemampuan siswa.

Peningkatan prosionalisme sebagai bagian dari kompetensi guru adalah dengan guru selalu melaksanakan perubahan-perubahan dan pelaksanaan pemberian bantuan berupa tindakan yang diberikan kepada siswa. Perubahan-perubahan dan pemberian bantuan berupa tindakan ini akan memberikan makna untuk meningkatkan minat, motivasi dan prestasi siswa dalam proses belajarnya. Perubahan dan bantuan tindakan inilah kemudian diwujudkan dalam bentuk penelitian tindakan kelas atau PTK.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan ini dapat berupa perubahan strategi pembelajaran, perubahan metode mengajar, dan perubahan media pembelajaran. Tindakan ini dilakukan oleh guru dan atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa dalam situasi rutin yang ada di kelas. Artinya dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas tidak dibutuhkan waktu khusus yang dapat merombak jadwal di sekolah secara keseluruhan. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh guru berhubungan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan pada waktu jam pelajaran dipunyai oleh guru.

Penelitian tindakan kelas harus diikhtiarkan dengan kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja. Artinya guru dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas tidak dibawah paksaan siapapun. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kinerja guru sehingga guru bergerak secara dinamis dan tidak statis. Kemajuan teknologi akan membelenggu guru apabila guru tidak bergerak secara dinamis. Penggunaan media OHP misalnya yang sebelumnya sudah termasuk media yang ‘canggih’, sekarang sudah mulai tinggal kenangan digantikan dengan LCD projector. Perubahan-perubahan ini yang kemudian menuntut guru untuk dapat menuangkan dalam bentuk penelitian tindakan kelas. Karena apabila guru statis hanya akan menjadi ‘tertawaan’ siswa di kelas karena dianggap ketinggalan jaman. Dengan selalu bergerak dinamis, maka sebuah penelitian tindakan kelas akan membawa guru untuk selalu melaksanakan eksperimen dengan memberdayakan kemampuan yang ada untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa secara berkesinambungan dan tanpa putus.

Dalam pelaksanaanya, penelitian tindakan kelas harus memperhatikan latar belakang guru dan siswa secara cermat. Hal ini dilakukan supaya dalam pelaksanaannya tidak terjadi jurang pemisah antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi yang sebenarnya. Dalam beberapa contoh kasus, siswa mungkin hanya akan tercengang ketika seorang guru menggunakan sebuah alat pembelajaran yang sangat canggih berupa laptop dan LCD projector di sebuah sekolah yang sebelumnya menggunakan OHP saja tidak. Hal ini hanya akan membuat perubahan kondisi secara drastis saja tanpa memberikan hasil berupa peningkatan prestasi siswa. Untuk mengenal latar belakang ini kemudian digunakan analisis SWOT yaitu Strength (Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunity (kesempatan), dan Threat (Ancaman). Dengan analisis SWOT ini diharapkan pelaksanaan penelitian tindakan kelas berjalan searah antara kondisi yang diharapkan dengan kondisi yang sebenarnya.

Proses pembelajaran di kelas adalah sebuah kegiatan yang terjadi secara sistematis. Sehingga dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas, seorang guru tidak dapat keluar dari sistem yang ada. Dalam hal ini setiap tindakan kelas yang dilakukan oleh guru harus memperhatikan kesiapan dari unsur-unsur yang dalam dalam sebuah sistem sekolah. Kembali pada contoh di atas, karena sekarang lagi demam penggunaan laptop dan LCD projector, maka seorang guru tidak dapat memaksakan untuk menujicoba penggunaan alat tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa tanpa memperhatikan bahwa sekolah tidak memiliki sarana tersebut. Dalam kondisi seperti ini akan lebih bijaksana apabila guru melaksanakan pembelajaran yang bervariatif berdasarkan pengalaman yang dialami baik oleh guru maupun siswa.

Penelitian tindakan kelas harus mencerminkan SMART (Suharsimi, 2006:8). SMART artinya cerdas yang dalam perencanaan penelitian tindakan kelas dapat diberi makna per huruf yaitu: (1) S-Spesific, khusus/tidak terlalu umum), (2) M-Managable, dapat dikelola/ dilaksanakan, (3) A-Acceptable, dapat diterima lingkungan atau A-Achievable, dapat dicapai, dijangkau, (4) R-Realistic, rasional, operasional dan tidak di luar jangkauan, dan (5) T-Time bound, diikat oleh waktu, terencana.

Penelitian tindakan kelas pada akhirnya bermuara pada peningkatan kinerja guru dan peningkatan prestasi siswa. Dengan demikian penelitian tindakan kelas mempunyai hukum “wajib” dilaksanakan oleh setiap guru. Karena kelas, siswa dan guru bersifat dinamis seiring dengan perkembangan jaman dan globalisasi. Keenggaran, ketidakmampuan, kebiasaan menunda untuk melakukan perubahan hanya akan menambah daftar panjang keterpurukan pendidikan di Indonesia. Perubahan dan perbaikan proses pembelajaran di kelas dapat terlaksana apabila guru dengan aktif dan terencana untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas. Perubahan sistem, perubahan kurikulum, kurangnya sarana prasarana, beratnya beban mengajar, minimnya kesejahteraan jangan menjadi alasan para guru untuk maju dan memajukan.

Majulah Guru Indonesia.

Mengamati Ujian Nasional

Ujian Nasional pada setiap pelaksanaannya selalu menuai pro kontra. Hal ini semata-mata adalah ketidaksiapan seluruh komponen yang berhubungan dengan dengan pelaksanaan ujian nasional. Ketakutan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak menakutkan. Beberapa hari lalu diberitakan 16 kepala sekolah di Propinsi Bengkulu ditangkap oleh yang berwajib karena mengerjakan soal ujian nasional dan kemudian disebarkan kepada siswa. Jika sudah seperti ini siapa yang harus disalahkan. Sistem-kah. Depdiknas-kah. Sekolah-kah. Guru-kah. Atau Murid-kah. Atau kah-kah yang lain.