Penyakit Guru

SEPULUH (10) PENYAKIT GURU

1. KUSTA (Kurang Tangkap Strategi)

2. TBC (Tidak Banyak Cara)

3. KUDIS (Kurang Disiplin)

4. LESU (Lemah Sumber)

5. KRAM (Kurang Terampil)

6. TIPES (Tidak Punya Selera)

7. ASAM URAT (Asal Susun Materi)

8. MUAL (Muatan Amat Lemah)

9. ASMA (Asal Masuk)

10. JADUL (Jaman Dulu)

PTK Teknik Pemesinan: Cooperative Learning

ABSTRAKSI

METODE COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PEMBELAJARAN MEMBUBUT KOMPLEKS
SISWA KELAS 3 TEKNIK PEMESINAN
SMK NEGERI 1 TUBAN

Oleh :
SUCIPTO, S.Pd
NIP 19680418 199702 1 002


Kata Kunci: Cooperative Learning, Bubut Komplek, Teknik Pemesinan


Penelitian ini termasuk model penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk menemukan strategi dan metode pembelajaran yang tepat dalam mata diklat produktif kompetensi Membubut Kompleks. Dengan strategi dan metode pembelajaran yang tepat diharapkan pelaksanaan pembelajaran dapat menghasilkan prestasi belajar siswa yang baik.
Berdasarkan pemikiran pada latar belakang dan rumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah:
  1. Meningkatkan efektivitas pembelajaran Membubut Kompleks dengan pendekatan pembelajaran cooperative learning .
  2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan kompetensi Membubut Kompleks dengan model pembelajaran cooperative learning.
  3. Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Membubut Kompleks dengan menggunakan strategi pembejaran cooperative learning.
Dari hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam kompetensi Membubut Kompleks setelah dilaksanakannya pembelajaran cooperative learning. Peningkatan kemampuan siswa dalam kompetensi Membubut Kompleks ditunjukkan dengan hasil sebagai berikut:

  1. Terjadi peningkatan nilai terhadap penilaian proses yang sebelumnya menunjukkan nilai rata-rata 15,19 menjadi 18,53.
  2. Terjadi peningkatan nilai terhadap penilaian hasil bubutan yang sebelumnya menunjukkan nilai rata-rata 51,00 menjadi 61,89.
  3. Terjadi peningkatan nilai terhadap penilaian waktu yang sebelumnya menunjukkan nilai rata-rata 7,08 menjadi 8,33.
  4. Terjadi peningkatan prosentase ketuntasan belajar menunjukkan nilai rata-rata sebelumnya sebesar 73,28 menjadi 88,75.

PTK Teknik Pemesinan: Pembelajaran Berbasis Produksi


ABSTRAKSI

PEMBUATAN ALAT PENGASAH END MILL SEBAGAI
PEMBELAJARAN BERBASIS PRODUKSI UNTUK
MENCAPAI KOMPETENSI MEMBUBUT DAN MENGEFRAIS
KOMPLEKS
SISWA KELAS 3 SMK NEGERI 1 TUBAN

Oleh :

SUCIPTO, S.Pd
NIP 132 158 264

Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Produksi, Pengasah End Mill, Kompetensi


Model penelitian yang digunakan adalah model penelitian tindakan kelas kolaboratif. Dalam model penelitian ini guru terlibat secara aktif dalam pelaksanaan penelitian dari mulai pra penelitian sampai akhir putaran penelitian. Selain itu guru peneliti juga dibantu oleh guru produktif lain yang bertindak sebagai pengamat (observer).
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:
  1. Meningkatkan efektivitas pembelajaran membubut dan mengefrais kompleks dengan penerapan prinsip pembelajaran berbasis produksi.
  2. Meningkatkan kompetensi siswa pada kompetensi Membubut dan Mengefrais Kompleks dengan menerapkan prinsip pembelajaran berbasis produksi.
  3. Meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Membubut dan Mengefrais Kompleks.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi kejuruan yang dicapai siswa dari mulai putaran I sampai putaran III. Hal ini ditunjukkan dengan data berikut:
  1. Terjadi peningkatan pada penilaian kompetensi Bubut Kompleks secara klasikal kelas 3TPm2 sebelumnya rata-rata mendapat nilai sebesar 73,50 menjadi sebesar 84,06 (lulus baik).
  2. Terjadi peningkatan pada penilaian kompetensi Frais Kompleks secara klasikal kelas TPm2 sebelumnya rata-rata mendapat nilai sebesar 74,06 menjadi sebesar 84,89 (lulus baik).
  3. Terjadi peningkatan pada penilaian kompetensi Bubut Kompleks dan Frais Kompleks secara klasikal kelas 3TPm2 sebelumnya rata-rata mendapat nilai sebesar 73,78 menjadi sebesar 84,47 (lulus baik).
  4. Terjadi penurunan jumlah siswa yang tidak memenuhi kriteria minimal atau tidak lulus sejumlah 9 siswa (26%) menjadi sejumlah 0 siswa (0%).

Untuk informasi lebih lanjut hubungi Pak Cip SMK Negeri 1 Tuban 087856033725

PTK Teknik Pemesinan: Mastery Learning (Belajar Tuntas)

ABSTRAKSI

OPTIMALISASI MASTERY LEARNING (BELAJAR TUNTAS) UNTUK
MENINGKATKAN MINAT DAN PENGUASAAN KOMPETENSI
MENGEFRAIS KOMPLEKS SISWA KELAS 3 MESIN PERKAKAS
SMK NEGERI 1 TUBAN

Oleh :
SUCIPTO, S.Pd
NIP 132 158 264


Kata Kunci: Optimalisasi, Mastery Learning, Frais Kompleks

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas partisipatif. Artinya dalam pelaksanaannya guru pengajar terlibat di dalamnya sebagai bagian dari subyek yang melaksanakan tindakan kelas. Dengan demikian peneliti terlibat sejak dimulai perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tuban.

Tujuan dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini adalah:
  1. Meningkatkan efektivitas pemelajaran Mengefrais Kompleks dengan prinsip pemelajaran tuntas (mastery learning).
  2. Meningkatkan minat siswa dalam pelaksanaan pemelajaran Mengefrais Kompleks dengan prinsip pemelajaran tuntas (mastery learning)?
  3. Meningkatkan kemampuan penguasaan siswa terhadap kompetensi yang dituntut pada pemelajaran Mengefrais Kompleks dengan pemelajaran tuntas (mastery learning).
Hasil penelitian dan diskusi mengambil kesimpulan terjadi kenaikan prosentase dari seluruh komponen yang dinilai baik penilaian teori maupun penilaian praktek. Terjadi peningkatan penilaian teori dan praktek dengan rumus 0,3 Nilai Teori + 0,7 Nilai Praktek diperoleh nilai rata-rata klasikal dari semula sebesar 78,7 menjadi sebesar 91,8 dari skor maksimal 100.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Minat dan motivasi belajar siswa ini kemudian dengan signifikan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan ketuntasan belajar. Tentu peningkatan ini tidak semata-mata dari satu metode dan strategi pembelajaran saja. Guru harus tetap kreatif untuk terus menggali potensi siswa secara individual.